Apakah
motivasi Itu?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku Artinya, yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan bertahan lama.
Perspektif tentang Motivasi
Terdapat
empat perspektif: behavioral, humanistis, kognitif,
dan sosial
Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.
Insentif yang diberikan guru dikelas antara lain nilai yang baik.
Perspektif Humanistis.
Perspektif humanistis
menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilih nasib mereka Dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang
lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa
kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan
yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual
harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :
-
- Fisiologis: lapar, haus, tidur
- - Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti
perlindungan dari perang dan kejahatan
- - Cinta dan rasa memiliki keamanan (security,
kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
- - Harga diri
menghargai diri sendiri
- - Aktualisasi
diri realisasi potensi diri.
Perspektif Kognitif.
Menurut perspektif kognitif,
pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar
pada motivasi menurut perspektif kog nitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat
ini berfokus pada ide- ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai
sesuatu atribusi mereka sebab-sebab kesuksesan (persepsi tentang dan kegagalan,
terutama perspesi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan
keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efekttif.
Perspektif kognitif juga menekankan arti
penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu
tujuan perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari
insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan
eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif
merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab
untuk mengontrol hasil prestasi mereka sendiri .
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.w.
White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa
orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif,
menguasai dunia mereka memproses informasi secara efisien. White mengatakan
bahwa orang melaku kan tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena
orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara
efektif.
Perspektif sosial
Kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara
aman. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan
dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik. Perspektif behavioral menekankan arti penting dari
motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis
lebih menekankan pada arti penting dari motivasi intrinsik dalam prestasi.
Motivasi intrinsik adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri. Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang
pada mata pelajaran yang diujikan itu. Bukti terbaru mendukung pembentukan
iklim kelas di mana murid bisa termotivasi secara intrinsik untuk
belajar.
Determinasi Diri dan Pilihan Personal
Salah satu pandangan tentang
motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri. Dalam pandangan ini murid
ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan
karena kesukesan atau imbalan eksternal.
Pengalaman optimal.
Mihaly csikszentmihalyi (1990,
1993, 2000; Nakamura dan csikszentmihalyi, 2002) juga mengembangkan ide yang
relevan untuk memahami motivasi intrinsik. Dia mempelajari pengalaman optimal
dari orang-orang selama lebih dari dua dekade. Orang melaporkan bahwa
pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar.
Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup. Dia menemukan bahwa
pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai
dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Dia mengatakan bahwa
pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang
mereka anggap tidak terla sulit tetapi juga tak terlalu mudah.
Anggapan tentang level
tantangan dan keahlian dapat menghasilkan hasil yang berbeda-beda. Flow paling
mungkin terjadi di area di mana murid ditantang dan menganggap diri mereka
punya keahlian yang tinggi. Ketika keahlian murid tinggi tetapi aktivitas yang
dihadapinya tidak menantang, hasilnya adalah kejemuan. Ketika level tantangan
dan keahlian adalah rendah, murid merasa apati. Dan ketika murid menghadapi
tugas sulit yang dirasa tidak bisa mereka tangani, maka mereka merasa cemas.
Imbalan ekstrinsik dan motivasi instrinsik
Di mana tujuannya adalah
mengontrol perilaku murid.
Ketika imbalan yang ditawarkan memberi kan informasi tentang penguasaan keahlian atau kemampuan,
murid akan merasa kompeten dan bersemangat. Poin penting di sini adalah bahwa
bukan imbalan itu sendiri yang menyebabkan efek, tetapi tawaran atau
ekspektasi atas hiah yang memberikan efek. Imbalan yang digunakan sebagai
insentif menimbulkan persepsi bahwa perilaku murid disebabkan oleh imbalan
eksternal, bukan oleh motivasi dalam diri murid untuk menjadi pandai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar